Golden Ticket

Golden Ticket

Kamis, 25 September 2014

Pertemuan ke-6 (lanjutan dari Etika)

Pengertian Etika

Menurut Bartens, Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk tunggal, artinya adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.

Etika sebagai ilmu, ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban,

Etika sebagai kode etik, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

Etika Dibedakan Menjadi 2 

  1. Etika Perangai : adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Contohnya, berbusana adat, pergaulan muda-mudi, perkawinan semenda, upacara adat.
  2. Etika Moral : berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Contohnya, berkata dan bebuat jujur, menghargai hak orang lain, menghormati orang tua dan guru, membela kebenaran dan keadilan, menyantuni anak yatim-piatu.


Sistematika Etika

De Vos (1987)
ETIKA :

  • Etika Deskriptif : 
  1. Sejarah kesusilaan
  2. Fenomenologi kesusilaan
  • Etika Normatif
K. Bertens (1993)

ETIKA :

  • Etika Deskriptif
  • Etika Normatif
  1. Etika umum
  2. Etika khusus
  • Metaetika
Franz Magnis-Suseno (1991)

ETIKA :

  • Etika Umum
  • Etika Khusus
  1. Etika Individual
  2. Etika Sosial : sikap terhadap sesama, etika keluarga, etika profeesi (biomedis, bisnis, hukum, ilmu pengetahuan, dll) , etika politik, etika lingkungan hidup, kritik ideologi.
Etika Deskriptif


Dalam Etika Deskriptif, etika membahas apa yang dipandangnya. Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas. Etika ini mepelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan suatu subkultur tertentu. 

Etika Normatif

Etika Normatif ini tidak lagi berbicara tentang gejala-gejala tepi tentang apa yang seharusnya dilakukan. Dalam etika ini, norma-norma dinilai dan sikap manusia ditentukan.

Metaetika

Meta (Yunani) : "melebihi", "melampaui", "setelah", "diluar", "tentang".
Istilah metabahasa diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan  di bidang moralitas.

Kode Etik 

Kode Etik yaitu norma atau asaz yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun ditempat kerja.

Tujuan Kode Etik

  1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
  2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
  3. Untuk meningkatkan mutu profesi
  4. Untuk menentukan baku standarnya sendiri
Aliran Dalam Etika

  • Eudemonisme
  • Hedonisme
  • Egoisme
  • Utilitarianisme
  • Deontologisme
  • Etika Situasi
Perbedannya 






  • Beda Etika dan Hukum
Hukum lebih dikodifikasi daripada etika, etika tidak dikodifikasi. Etika ditunjukkan kepada manusia sebagai individu, sedangkan hukum ditujukan kepada manusia sebagai makhluk sosial.

  • Beda Etika dan Agama
Etika sebagai cabang filsafat bertitik tolak pada akal pikiran, bukan agama. Sedangkan, agama bertitik tolsk dari wahyu Tuhan melalui Kitab Suci.

Semoga bermanfaat ya:)



Pertemuan ke-5, sesi 3


ETIKA

Pengertian Etika

ETIKA berasal dari bahasa Yunani yaitu "ETHOS" yang mempunyai arti kebiasaan.

Ada banyak sekali pengertian etika itu sendiri, diantaranya adalah :
  • Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk : petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah, dan semacamnya yang diwariskan ecara turun menurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik.
  • Berbeda dengan moralitas, etika perlu dipahami sebagai sebuah cabang filsafat yang berbicaara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
  • Nilai adalah sesuatu yang berguna bagi seseorang atau kelompok orang oleh karena itu pencapaiannya sangat memberi makna kepada diri serta hidupnya.
  • Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral tersebut serta permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma-norma itu.
  • Etika adalah refleksi dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menetukan hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.
Dua Macam Etika yang Berkaitan Dengan Nilai dan Norma :
  • Etika Deskriptif : Berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup inni sebagai sesuatu yang dinilai.
  • Etika Normatif : Etika yang berkaitan dengan norma dan kaidah tertentu.


MORAL

Pengertian Moral

MORAL adalah Norma untuk menata sikap batin dan perilaku lahiriah.

Moral dibagi menjadi 2, yaitu :
  1. Moral filosofis
  2. Moral teologis
Moral filosofis didasarkan pada penalaran akal budi dan pengamatan, misalnya moral pancasila.
Moral teologis didasarkan pada wahyu atau kitab suci yang ditafsirkan oleh otoritas intansi agama yang bersangkutan.

Tujuan Mempelajari Etika 
  • Untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan perbuatan buruk bagi setiap manusia dalam ruang dan waktu.
  • Sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
Berdasarkan Kajian Ilmu
  • Etika Normatif : mempelajari secara kritis dan metodis norma-norma yang ada, untuk dapat norma dasar yang dapat dipertanggungjawabkan.
  • Etika Fenomenologis : mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral, seperti suara hati kesadaran moral, kebebasan, tanggungjawab, dan norma-norma.




Penjabaran

ETIKA UMUM

Berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar, teori etika dan prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukut dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.

ETIKA KHUSUS

Merupakan penerapan prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus.

Etika Khusus dibagi Menjadi 2 Bagian :
  • Etika Individual, yaitu yang menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
  • Etika Sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.


Senin, 22 September 2014

Pertemuan ke-5

Haiiii selamat malam semuaaaa!! Hari ini adalah pertemuan ke-5 membahas tentang Filsafat, dimana tadi dosen saya memberi materi tentang Silogisme dan Kesesatan Pemikiran (Fallacia).
Yang pertama-tama saya akan membahas tentang Silogisme.


SILOGISME

Silogisme merupakan suatu simpulan dimana dari dua putusan disimpulkan suatu putusan yang baru.

2 Macam Silogisme :

  1. Silogisme kategoris
  2. Silogisme hipotetis
Pertama-tama saya akan membahas tentang Silogisme Kategoris.

Silogisme kategoris merupakan silogisme yang premisnya dan simpulannya adalah putusan kategoris. Silogisme kategoris terbagi menjadi silogisme kategoris tunggal dan majemuk.

  • Silogisme Kategoris Tunggal
Silogisme kategoris tunggal merupakan yang mempunyai dua premis, terdiri atas 3 term S, P, M.

Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal :

  1. M adalah S dalam premis mayor dan P dalam premis minor.
  2. M jadi P dalam premis mayor dan minor.
  3. M menjadi S dalam premis mayor dan minor.
  4. M adalah P dalam premis mayor dan S dalam premis minor.
  • Silogisme Kategoris Majemuk
Silogisme kategoris majemuk merupakan silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap, lebih dari tiga premis. Adapun jenis-jenis dari silogisme kategoris majemuk :

  1. Epicherema : Silogisme yang salah satu atau kedua premisnnya disertai alasan. Contoh, Semua Arloji bermutu adalah arloji mahal, karena suka pembuatannya. Arloji mido itu adalah arloji baik, karena selalu tepat dan awet. Jadi, arloji mido itu adalah arloji mahal.
  2. Enthymema : Silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Contoh, Yang rohani itu tidak akan dapat mati. Jiwa manusia adalah rohani. Maka, jiwa manusia tidak akan dapat mati.
  3. Polisilogisme : Deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.Contoh, Seorang yang kikir merasa tidak puas. Budi adalah seorang yang kikir. Jadi, Budi merasa tidak puas.
  4. Sorites : Silogisme yang premisnya lebih dari dua. Contoh, Orang yang menginginkan seribu satu barang, banyak sekali kebutuhannya. Orang yang banyak sekali kebutuhannya, tidak tentram hatinya. Jadi, orang yang tidak mengendalikan keinginannya tidak tentram.
Hukum Silogisme Kategoris :

  • Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari tiga term. Kurang dari tiga berarti tidak ada silogisme. Lebih dari tiga term artinya tidak ada perbandingan.
  • M tidak boleh masuk dalam kesimpulan, karena M berfungsi mengadakan perbandingan dengan term.
  • Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya.


Selanjutnya, membahas tentang Kesesatan Pemikiran (Fallacia)


KESESATAN PEMIKIRAN (FALLACIA)

Fallacia merupakan kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.

Adapun klasifikasinya terbagi menjadi :

  • Kesesatan Formal --> Pelanggaran terhadap kaidah logika.
  • Kesesatan Informal --> Menyangkut kesesatan dalam bahasa.
Contohnya adalah sebagai berikut :

  1. Penempatan kata depan yang keliru, contohnya : Antara hewan dan manusia memiliki perbedaan. Kebenarannya adalah Hewan dan Manusia memiliki perbedaan.
  2. Mengacau posisi subjek atau predikat, contohnya ; Karena tidak mengerjakan PR, guru menghukum anak itu.
  3. Ungkapan yang keliru, contohnya : Pencuri kawakan berhasil diringkus polisi minggu yang lalu. Kebenarannya adalah Polisi berhasil meringkus pencuri kawakan minggu yang lalu.
  4. Amfiboli : kesesatan karena struktur kalimat, contoh : Anto anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah. Kebenarannya adalah Anak Bu Lasma hilang ingatan yang bernama Anton lari dari rumah.
  5. Kesesatan aksen : sesat karena penekanan yang salah dalam pembicaraan.
  6. Kesesesatan bentuk pembicaraan : sesat karena orang menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain.
  7. Kesesatan aksiden : tang aksidental dikacaukan dengan hal yang hakiki.
  8. Kesesatan karena alasan yang salah : konklusi ditarik dari premis yang tak relevan.
Kesesatan Presumsi

  • Generalisasi tergesa-gesa, contohnya : Orang Padang pandai memasak.
  • Non sequitur (belum tentu), contohnya : Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang lalu saya berdebat dengan dosen tersebut.
  • Analogi palsu 
  • Penalaran melingkar
  • Deduksi cacat  (belum tentu), contohnya : Barang siapa yang sering memberikan sumbangan, maka dia pasti orang baik. Andi pasti orang baik.
  • Pikiran simplistis, contohnya : Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.
Menghindari Persoalan

  • Argumentum ad hominem : Kesesatan timbul karena karena argumentasi dialihkan dari pokok persoalan ke orang atau pribadi.
  • Argumentum ad populum : Ditunjukkan kepada orang banyak dengan cara menggugah perasaan mereka supaya menyetujui atau mendukung suatu pendapat atau argumentasi.
  • Argumentum ad misericordiam : Timbul karena argumentasi dialihkan dari persoalan ke rasa belas kasihan.
  • Argumentum ad baculum : Terjadi karena ancaman.
  • Argumentum ad auctoritatem : Timbul karena dukungan argumentasinya didapatkan dari kewenangan.
  • Argumentum ad ignorantiam : Timbul karena argumentasi didasarkan pada ketidaktahuan.
  • Argumentum untuk keuntungan seseorang
  • Non causa pro causa : Terjadi karena orang salah menentukan penyebabnya.
Kesesatan Retoris

  • Eufemisme dan Disfemisme : Pembangkang yang dianggap benar disebut reformator. Bila tidak disenangi maka disebut anggota pemberontak.
  • Penjelasan retorik : Perbandingan retorik itu digunakan untuk mengekspresikan atau mempengaruhi sikap, contohnya : Dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan soal.
  • Stereotipe : Pemikiran atau pencirian sekelompok orang dengan sedikit bukti atau tanpa bukti sama sekali, contohnya : Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.
  • Innuendo : Sindiran tidak langsung.
  • Loading question : Kesesatan pertanyaan bermuatan terjadi karena dalam pertanyaan yang diajukan tersirat muatan jawaban.
  • Weaseler : Metode linguistik untuk keluar dari kesulitan.
  • Downplay : Upaya untuk membuat seseorang atau sesuatu kelihatan kurang penting atau kurang berarti.
  • Lelucon atau Sindiran ; Gaya retorika yang cukup berpengaruh.
  • Hiperbola : membesar-besarkan atau berlebihan.
  • Pengandaian bukti : Ekspresi yang digunakan untuk memberi kesan untuk sebuah pernyataan tanpa menyebutkan bukti yang dimaksud.
  • Dilema semu : Yang merupakan bingung di antara kedua-duanya, contoh : Tamu yang menolak kopi, langsung di suguhi sirup.
Sekian dan terimakasih, semoga bermanfaat yaa hehe:)


Sumber : ppt, dan modul kbk Filsafat.

Sabtu, 20 September 2014

Pertemuan ke-4

Halooo hari ini adalah pertemuan ke-4 loh belajar tentang Filsafat, pada pertemuan ke-4 ini saya diajarkan tentang Subyektivisme, dan Obyektivisme , Konfirmasi, Inferensi&Konstruksi Teori, Logika dan Critical Thinking, Logika Induktif dan Deduktif.
Saya mulai dari Subyektivisme dan Obyektivisme.

Subyektivisme dan Obyektivisme

SUBYEKTIVISME
Merupakan pengetahuan yang dipahami sebagai keyakinan yang dianut oleh individu.
Dari pangkal pandangan individu, pengetahuan dipahami sebagai perangkat keyakinan khusus yang dianut oleh para individu. Pendukung pandangan ini adalah :







  • Aristoteles, Plato, Rene Descartes
  • Kaum Solipsisme 
  • Kaum Realisme Epistemologis
  • Kaum Idealisme Epistemologis
Ciri-ciri pendekatan subyektivisme :
  1. Menggagas pengetahuan sebagai suatu keadaan mental yang khusus. Misalnya, sejarah, kepercayaan-kepercayaan yang lain.
  2. Pengalaman subyektif sebagai titik tolak pengetahuan dari data inderawi diri sendiri.
  3. Prinsip subyektif tentang alasan cukup, karena pengalaman bersifat personal.
Menurut Descartes "Cogito ergo sum cogitans" --> saya berfikir maka saya adalah pengada yang berpikir. Ketika Descates berbicara tentang mengenai "Berpikir", ia tidak bermaksud secara eksklusif pada penalaran saja, tetapi melihat, mendengar, merasa, senang atau sakit, kehendak masuk dalam kegiatan "berpikir".
  • Realisme Epistemologis : "bahwa kesadaran menghubungkan saya dengan apa yang lain dari diri saya"
  • Idealisme Epistemologis : "bahwa setiap tindakan mengetahui berakhir di dalam suatu ide, yang merupakan suatu peristiwa subyektif murni"
Descartes menolak skeptisme yang membawanya justru ke arah subyektivisme.
Sikap dasar skeptisisme adalah kita tidak pernah tau tentang apapun.
Skeptisisme meragu-ragukan kemungkinan bahwa manusia bisa mengetahui sesuatu karena tidak ada bukti yang cukup bahwa manusia bener-bener tau tentang sesuatu. Descartes seorang rasionalis.

Bagi Descartes rasio atau pikiran adalah satu-satunya sumber dan jaminan kebenaran pengetahuan.
Menurut Descartes "bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa dapat saja secara langsung memunculkan data-data indra dalam kesadaran kita tanpa harus ada dunia luar yang mendasarinya"
Descartes ke dalam posisi ekstrim yang disebut Solipsisme (bahasa latin gabungan antara Solus dan Ipse yang berarti "ia sendiri pada dirinya")

Dalam kenyataan hidup diri sebagai subyek yang bukan hanya berfungsi sebagai penahu, tetapi juga sebagai pelaku tidak bisa mengandaikan adanya "yang lain" baik sebagai obyek pengetahuan dan kegiatannya maupun sebagai sesama subyek dalam dialog. Demikian juga paham bahwa semua jenis pengetahuan itu selalu bersifat subyektif atau tidak memiliki kebenaran obyektif, paham semacam itu dalam epistemogi pastas di tolak. 

OBYEKTIVISME

Menurut pengertiannya, suatu pandangan yang menekankan bahwa butir-butir pengetahuan manusia - dari soal yang sederhana sampai teori yang kompleks - mempunyai sifat dan ciri yang melampaui keyakinan dan kesadaran individu (pengamat).
Pengetahuan diperlakukan sebagai sesuatu yang berada diluar ketimbang di dalam pikiran manusia. Pendukung pandangan ini adalah :
  • Popper, Latatos, dan Marx
Obyektivisme merupakan pandangan bahwa obyek yang kita persepsikan melalui perantara indera kita itu ada dan bebas dari kesadaran manusia.
Obyektivisme di artikan sebagai pandangan yang menganggap bahwa segala sesuatu yang dipahami adalah tidak tergantung pada orang orang yang memahami.

3 pandangan dasar Objektivisme :
  1. Kebenaran itu independen terlepas dari pandangan subjektif.
  2. Kebenaran itu datang dari bukti faktual.
  3. Kebenaran hanya bisa didasari dari pengalaman inderawi.
Pandangan ini sangat dekat dengan positivisme dan empirisme. 

Pengetahuan dalam pengertian Objektivis :
  • Sepenuhnya independen dari klaim seseorang untuk mengetahuinya.
  • Pengetahuan itu terlepas dari keyakinan seseorang atau kecendrungan untuk menyetujuinya atau memakainya untuk bertindak.
  • Pengetahuan dalam pengertian obyektivis adalah pengetahuan tanpa orang : ia adalah pengetahuan tanpa diketahui subjek. (Karl R. Popper)
Obyek bersifat "umum" dalam arti obyek yang sama dapat dipersepsikan oleh pengamat yang jumlahnya tidak terbatas.
Obyek-obyek itu bersifat "permanen" ,baik untuk dirpersepsikan atau pun tidak. 

Untuk mempercayai kebenaran kesaksian inderawi, beberapa syarat harus dipenuhi :
  • Obyek harus sesuai dengan jenis warna infra merah tidak cocok bagi indera kita.
  • Organ indera harus normal dan sehat. Misalnya, buta, tulis, atau buta warna.
  • Karena obyek itu ditangkap melalui medium, maka medium itu harus ada.
Perbedaan antara Obyek Khusus dan Obyek Umum :
  • Obyek Khusus : merupakan data yang ditangkap hanya oleh satu indera. Misalnya, warna, suara, bau.
  • Obyek Umum : merupakan data yang dapat ditangkap oleh lebih dari satu indra. Misalmya, keluasan dan gerakan yang dapat dilihat dan diraba oleh indra lainnya.
Selanjutnya saya akan membahas tentang Konfirmasi, Inferensi, dan Konstruksi Teori.


Konfirmasi, Inferensi, dan Konstruksi Teori

KONFIRMASI

Secara etimologi : Confirmation (inggris) --> penegasan, memperkuat.
Berhubungan dengan filsafat ilmu, maka fungsi ilmu pengetahuan adalah menjelaskan, menegaskan, dan memperkuat apa yang didapat dari kenyataan.

Ada 2 aspek Konfirmasi :
  1. Konfirmasi Kuantitatif : untuk memastikan kebenaran, ilmu pengetahuan mengemukakan konfirmasi aspek kuantitatif. Misalnya, membuat penelitian dengan mengumpulkan sebanyak mungkin sampel, yang akhirnya membuat suatu kesimpulan yang bersifat umum.
  2. Konfirmasi Kualitatif : ilmu pengetahuan membutuhkan konfirmasi kualitatif untuk menunjukan kebenaran. Karena, konfirmasi kuantitatif tidak bisa dilaksanakan, maka harus menjalankan konfirmasi kualitatif. Misalnya, dalam penelitian yang menjalankan model wawancara mendalam.
3 jenis Konfirmasi :
  1. Decision Theory : kepastian berdasarkan keputusan.
  2. Estimation Theory : menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar salah melalui konsep probalitas.
  3. Reliability Theory : menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas fakta yang berubah-rubah terhadap hipotesis.

INFERENSI

Inferensi merupakan penyimpulan.
Penyimpulan diartikan sebagai proses membuat kesimpulan.
Inferensi didefinisikan sebagai suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi.

Jenis Inferensi 

Di dalam logika, proses penarikan konklusi dapat dilakukan dengan dua cara :
  1. Deduktif
  2. Induktif
Inferensi Deduktif terbagi 2 jenis : 
  1. Inferensi Langsung : penarikan kesimpulan hanya dari sebuah premis (pernyataan). 
  2. Inferensi Tidak Langsung : penarikan kesimpulan dengan menggunakan dua premis. Inferensi ini disebut juga juga sebagai Inferensi Silogistik.
Hukum Inferensi :
  1. Premis-premis benar, maka kesimpulan benar.
  2. Premis-premis salah, maka kesimpulan dapat salah, dapat kebetulan benar.
  3. Kesimpulan salah, maka premis-premis juga salah.
  4. Kesimpulan benar, maka  premis-premisnya dapat benar, dapat juga salah.

KONSTRUKSI TEORI

Teori : model pikiran yang menjelaskan fenomena alami/sosial tertentu.

Dua Kutub Arti Teori :
  • Kutub 1 : teori sebagai hukum eksperimental. Misalnya, hukum mendel tentang keturunan yang bisa langsung diuji lewat observasi.
  • Kutub 2 : teori sebagai hukum yang berkualitas normal, seperti teori relativitasnya Einstein.
Pengelompokan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam 3 periode :
  1. Animisme : percaya pada mitos
  2. Ilmu Empiris : pengalaman, klasifikasi, penemuan hubungan-hubungan, perkiraan kebenaran.
  3. Ilmu Teoretis ; gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan kerangka pemikiran.
Dibangun dengan :
  1. Abstraksi Generalisasi
  2. Deduksi Probabilistik dan Deduksi Apriori.
3 Model Konstruksi Teori :
  • Model Korespondensi ; kebenaran sesuatu dibuktikam dengan menemukan relevansinya dengan yang lain.
  • Model Koherensi : sesuatu dipandang benar bila sesuai dengan moral tertentu.
  • Model Paradigmatis : konsep kebenaran ditata menurut pola hubungan yang beragam, menyederhanakan yang kompleks.A


Aliran dalam Konstruksi Teori :
  • Reduksionisme : teori itu suatu pernyataan yang abstrak, tidak dapat diamati secara empiris, dan tidak dapat di uji langsung.
  • Instrumentalisme : teori adalah instrumen bagi pernyataan observasi agar terarah dan terkonstruksi.
  • Realisme : teori dianggap benar bila real, secara substansif ada, bukan fiktif.

LOGIKA 

Logika menurut bahasa Yunani, yaitu Logikos yang berarti sesuatu yang di ungkapkan atau diutarakan lewat bahasa.
Pertama kali digunakan istilah itu oleh Zeno dari Citium. 


Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, dan membahas asas-asas atau aturan formal serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan untuk mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.

Obyek Logika 

  • Obyek material : manusia itu sendiri
  • Obyek Formal : kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang tepat yang tampak melalui ungkapan pikiran melalui bahasa. 
Manfaat Belajar Logika :

  1. Membantu setiap orang untuk mampu berpikir kritis, rasional, metodis.
  2. Kemampuan meningkatkan kemampuan bernalar secara abstrak.
  3. Mampu berdiri lebih tajam dan mandiri.
  4. Menambah kecerdasan berpikir, sehingga bisa menghindari kesesatan, dan kekeliruan dalam menarik kesimpulan.
Sejarah Logika

Sebagai istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno dengan aliran stoisismenya, tapi filsuf pertama yang menggunakan logika sebagai ilmu adalah Aristoteles. Istilah yang digunakan adalah Analitika, tapi dialah yang pertama kali meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar. Prinsip logika tradisional yang dikembangkan Aristoteles tetap menjadi prinsip-prinsip logika modern.

Macam-macam Logika :

  • Logika Kodrati : Suatu suasana saat akal budi bekerja menurut hukum logika secara spontan.
  • Logika Ilmiah : Mempertajam akal budi manusia agar dapat bekerja lebih teliti atau tepat, sehingga kesehatan dapat dihindari.
Logika Formal 

  • Logika yang berbicara tentang kebenaran bentuk.
  • Disebut juga logika minor.
  • Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran bentuk, bila konklusinya kita tarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya dengan mengabaikan isi yang terkandung dalam argumentasi tersebut.
Logika Material

  • Logika yang membahas tentang kebenaran isi.
  • Disebut juga logika mayor.
  • Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran isi apabila pernyataan-pernyataan yang membentuk argumen tersebut sesuai dengan kenyataan.

CRIRICAL THINKING

Adapun menurut beberapa para tokoh yang memberikan pengertian tentang Berpikir Kritis, di antaranya :


  • Chaffe, 1990 --> merasionalisasi kehidupan manusia dan secara hati-hati mengamati atau memeriksa proses berpikir sebagai dasar untuk mengklarifikasi dan memperbaiki pemahaman kita tentang sesuatu.
  • Strader, 1992 --> Pemeriksaan atas sesuatu asumsi tentang bukti terbaru dan menginterpretasikan dan mengevaluasi argumen dalam rangka menegakkan kesimpulan atas suatu perspektif baru.


Karakteristik B
erpikir Kritis :

  1. Rasional, Reasonable, Reflektif.
  2. Melibatkan skepticism yang sehat dan konstruktif.
  3. Otonomi.
  4. Kreatif.
  5. Adil.
  6. Dapat dipercaya dan dilakukan.
5 Model Berpikir Kritis

      T : Total Recall (pengambilan kembali)
      H : Habits (kebiasaan)
       I : Inquiry (pencarian informasi)
      N : New ideas and Creativity (ide-ide baru dan kreativitas)
      K : Knowing how you think (mengethaui apa yang anda pikirkan)


LOGIKA DEDUKSI dan INDUKSI

Deduksi 

Beberapa point dalam Deduksi

  • Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa penalaran dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung.
  • Penalaran tidak langsung mencakup penalaran deduktif dan induktif.
  • Penalaran deduktif ini selalu di ungkapkan dalam bentuk silogisme.
  • Silogisme adalah suatu bentuk argumentasi yang bertitik tolak pada premis-premis dan dari premis-premis itu ditarik suatu kesimpulan.
  • Argumentasi-argumentasi deduktif dinilai lebih berdasarkan atas sahih atau tidak sahih.
Ciri-ciri Silogisme :

  1. Semua pernyataanya adalah proposisi kategoris.
  2. Terdiri dari dua premis dan sebuah kesimpulan.
  3. Dua premis dan satu kesimpulan secara bersama-sama memuat tiga kata yang berbeda dan masing-masing kata tampak didalam dua dari tiga proposisi.
Induksi

Penalaran Induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu utuk menarik kesimpulan yang umum tertentu.

Ciri Penalaran Induksi :

  1. Premis-premis dalam penalaran induksi merupakan Proposisi Empiris yang berhubungan langsung dengan observasi indera.
  2. Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas dari pada apa yang dinyatakan di dalam premis-premisnya.
  3. Kesimpulan induksi itu memiliki Kredibilitas Rasional yang disebut Probabilitas.
Generalisasi Induktif

Generalisasi Induktif merupakan proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala atau sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua. Dapat dikatakan juga sebagai bentuk penalaran yang bertitik tolak dati hal-hal yang bersifat khusus atau premis ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

Beberapa Syarat Generalisasi Yang Harus Diperhatikan :

  1. Generalisasi tidak terbatas secara numerik
  2. Generalisasi tidak terbatas secara 'spasiotemporal'
  3. Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.
Analogi Induktif 

Analogi itu adalah berbicara mengenai dua hal yang berlainan dan dua hal yang berlainan tersebut dibandingkan.
Analogi Induktif tidak bersifat universal melainkan khusus, walau benar bahwa tidak mungkin kesimpulan yang khusus dalam analogi itu terjadi kalau tidak berpikir bahwa hal itu terjadi di dalam keseluruhan.

Faktor Probabilitas 

Probabilitas adalah keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.

Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Kesesatan Dalam Penalaran Induktif, yaitu :

  1. Faktor tergesa-gesa
  2. Faktor ceroboh
  3. Faktor prasangka
Hubungan Sebab Akibat 

  • Seringkali dikaitkan bahwa keadaan yang terjadi disebabkan oleh keadaan atau kejadian lainnya. Kejadian yang lainnya disebut sebab dan yang terjadi sebagai akibat.
  • Hubungan sebab akibat antara peristiwa-peristiwa dapat terjadi dalam tiga pola, yaitu :
  1. Pola dari sebab ke akibat
  2. Pola dari akibat ke sebab
  3. Pola dari akibat ke akibat

LOGIKA INDUKTIF DAN DEDUKTIF 

Logika induktif adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu.

Cara Penalaran Induktif

  • Premis penal induktif : proposisi empiris yang ditangkap indera.
  • Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas dari pada apa yang dinyatakan dalam premis.
  • Meski kesimpulan tak mengikat, tapi manusia menerimanya. 
Generalisasi Induktif

Proses penalaran berdasrkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua.

3 Syarat Membuat Generalisasi

  1. Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu.
  2. Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja.
  3. Dapat dijadikan dasar pengandaian.
Analogi Induktif : proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain yang punya sifat esensial yang sama.
Jadi, analogi induktif menarik kesimpulan atas dasar persamaan.
Logika Deduktif merupakan suatu proses tertentu dalam proses itu akal bdi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus dari pengetahuan yang lebih umum.

Persamaan dalam penalaran induktif dengan deduktif :

"argumentasi keduanya terdiri dari premis-premis yang mendukung kesimpulan"

Perbedaan dalam penalaran induktif dengan deduktif :

"penalaran induksi yang tepat akan punya premis benar-benar tapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidak membuktikan kesimpulan benar. Premis hanya menetaokan kesimpulan berisi suatu kemungkinan"


Sumber ; PPT, google, dan modul kbk