Halooo hari ini adalah pertemuan ke-4 loh belajar tentang Filsafat, pada pertemuan ke-4 ini saya diajarkan tentang Subyektivisme, dan Obyektivisme , Konfirmasi, Inferensi&Konstruksi Teori, Logika dan Critical Thinking, Logika Induktif dan Deduktif.
Saya mulai dari Subyektivisme dan Obyektivisme.
Subyektivisme dan Obyektivisme
SUBYEKTIVISME
Merupakan pengetahuan yang dipahami sebagai keyakinan yang dianut oleh individu.
Dari pangkal pandangan individu, pengetahuan dipahami sebagai perangkat keyakinan khusus yang dianut oleh para individu. Pendukung pandangan ini adalah :
- Aristoteles, Plato, Rene Descartes
- Kaum Solipsisme
- Kaum Realisme Epistemologis
- Kaum Idealisme Epistemologis
Ciri-ciri pendekatan subyektivisme :
- Menggagas pengetahuan sebagai suatu keadaan mental yang khusus. Misalnya, sejarah, kepercayaan-kepercayaan yang lain.
- Pengalaman subyektif sebagai titik tolak pengetahuan dari data inderawi diri sendiri.
- Prinsip subyektif tentang alasan cukup, karena pengalaman bersifat personal.
Menurut Descartes "Cogito ergo sum cogitans" --> saya berfikir maka saya adalah pengada yang berpikir. Ketika Descates berbicara tentang mengenai "Berpikir", ia tidak bermaksud secara eksklusif pada penalaran saja, tetapi melihat, mendengar, merasa, senang atau sakit, kehendak masuk dalam kegiatan "berpikir".
- Realisme Epistemologis : "bahwa kesadaran menghubungkan saya dengan apa yang lain dari diri saya"
- Idealisme Epistemologis : "bahwa setiap tindakan mengetahui berakhir di dalam suatu ide, yang merupakan suatu peristiwa subyektif murni"
Descartes menolak skeptisme yang membawanya justru ke arah subyektivisme.
Sikap dasar skeptisisme adalah kita tidak pernah tau tentang apapun.
Skeptisisme meragu-ragukan kemungkinan bahwa manusia bisa mengetahui sesuatu karena tidak ada bukti yang cukup bahwa manusia bener-bener tau tentang sesuatu. Descartes seorang rasionalis.
Bagi Descartes rasio atau pikiran adalah satu-satunya sumber dan jaminan kebenaran pengetahuan.
Menurut Descartes "bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa dapat saja secara langsung memunculkan data-data indra dalam kesadaran kita tanpa harus ada dunia luar yang mendasarinya"
Descartes ke dalam posisi ekstrim yang disebut Solipsisme (bahasa latin gabungan antara Solus dan Ipse yang berarti "ia sendiri pada dirinya")
Dalam kenyataan hidup diri sebagai subyek yang bukan hanya berfungsi sebagai penahu, tetapi juga sebagai pelaku tidak bisa mengandaikan adanya "yang lain" baik sebagai obyek pengetahuan dan kegiatannya maupun sebagai sesama subyek dalam dialog. Demikian juga paham bahwa semua jenis pengetahuan itu selalu bersifat subyektif atau tidak memiliki kebenaran obyektif, paham semacam itu dalam epistemogi pastas di tolak.
OBYEKTIVISME
Menurut pengertiannya, suatu pandangan yang menekankan bahwa butir-butir pengetahuan manusia - dari soal yang sederhana sampai teori yang kompleks - mempunyai sifat dan ciri yang melampaui keyakinan dan kesadaran individu (pengamat).
Pengetahuan diperlakukan sebagai sesuatu yang berada diluar ketimbang di dalam pikiran manusia. Pendukung pandangan ini adalah :
- Popper, Latatos, dan Marx
Obyektivisme merupakan pandangan bahwa obyek yang kita persepsikan melalui perantara indera kita itu ada dan bebas dari kesadaran manusia.
Obyektivisme di artikan sebagai pandangan yang menganggap bahwa segala sesuatu yang dipahami adalah tidak tergantung pada orang orang yang memahami.
3 pandangan dasar Objektivisme :
- Kebenaran itu independen terlepas dari pandangan subjektif.
- Kebenaran itu datang dari bukti faktual.
- Kebenaran hanya bisa didasari dari pengalaman inderawi.
Pandangan ini sangat dekat dengan positivisme dan empirisme.
Pengetahuan dalam pengertian Objektivis :
- Sepenuhnya independen dari klaim seseorang untuk mengetahuinya.
- Pengetahuan itu terlepas dari keyakinan seseorang atau kecendrungan untuk menyetujuinya atau memakainya untuk bertindak.
- Pengetahuan dalam pengertian obyektivis adalah pengetahuan tanpa orang : ia adalah pengetahuan tanpa diketahui subjek. (Karl R. Popper)
Obyek bersifat "umum" dalam arti obyek yang sama dapat dipersepsikan oleh pengamat yang jumlahnya tidak terbatas.
Obyek-obyek itu bersifat "permanen" ,baik untuk dirpersepsikan atau pun tidak.
Untuk mempercayai kebenaran kesaksian inderawi, beberapa syarat harus dipenuhi :
- Obyek harus sesuai dengan jenis warna infra merah tidak cocok bagi indera kita.
- Organ indera harus normal dan sehat. Misalnya, buta, tulis, atau buta warna.
- Karena obyek itu ditangkap melalui medium, maka medium itu harus ada.
Perbedaan antara Obyek Khusus dan Obyek Umum :
- Obyek Khusus : merupakan data yang ditangkap hanya oleh satu indera. Misalnya, warna, suara, bau.
- Obyek Umum : merupakan data yang dapat ditangkap oleh lebih dari satu indra. Misalmya, keluasan dan gerakan yang dapat dilihat dan diraba oleh indra lainnya.
Selanjutnya saya akan membahas tentang Konfirmasi, Inferensi, dan Konstruksi Teori.
Konfirmasi, Inferensi, dan Konstruksi Teori
KONFIRMASI
Secara etimologi : Confirmation (inggris) --> penegasan, memperkuat.
Berhubungan dengan filsafat ilmu, maka fungsi ilmu pengetahuan adalah menjelaskan, menegaskan, dan memperkuat apa yang didapat dari kenyataan.
Ada 2 aspek Konfirmasi :
- Konfirmasi Kuantitatif : untuk memastikan kebenaran, ilmu pengetahuan mengemukakan konfirmasi aspek kuantitatif. Misalnya, membuat penelitian dengan mengumpulkan sebanyak mungkin sampel, yang akhirnya membuat suatu kesimpulan yang bersifat umum.
- Konfirmasi Kualitatif : ilmu pengetahuan membutuhkan konfirmasi kualitatif untuk menunjukan kebenaran. Karena, konfirmasi kuantitatif tidak bisa dilaksanakan, maka harus menjalankan konfirmasi kualitatif. Misalnya, dalam penelitian yang menjalankan model wawancara mendalam.
3 jenis Konfirmasi :
- Decision Theory : kepastian berdasarkan keputusan.
- Estimation Theory : menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar salah melalui konsep probalitas.
- Reliability Theory : menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas fakta yang berubah-rubah terhadap hipotesis.
INFERENSI
Inferensi merupakan penyimpulan.
Penyimpulan diartikan sebagai proses membuat kesimpulan.
Inferensi didefinisikan sebagai suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi.
Jenis Inferensi
Di dalam logika, proses penarikan konklusi dapat dilakukan dengan dua cara :
- Deduktif
- Induktif
Inferensi Deduktif terbagi 2 jenis :
- Inferensi Langsung : penarikan kesimpulan hanya dari sebuah premis (pernyataan).
- Inferensi Tidak Langsung : penarikan kesimpulan dengan menggunakan dua premis. Inferensi ini disebut juga juga sebagai Inferensi Silogistik.
Hukum Inferensi :
- Premis-premis benar, maka kesimpulan benar.
- Premis-premis salah, maka kesimpulan dapat salah, dapat kebetulan benar.
- Kesimpulan salah, maka premis-premis juga salah.
- Kesimpulan benar, maka premis-premisnya dapat benar, dapat juga salah.
KONSTRUKSI TEORI
Teori : model pikiran yang menjelaskan fenomena alami/sosial tertentu.
Dua Kutub Arti Teori :
- Kutub 1 : teori sebagai hukum eksperimental. Misalnya, hukum mendel tentang keturunan yang bisa langsung diuji lewat observasi.
- Kutub 2 : teori sebagai hukum yang berkualitas normal, seperti teori relativitasnya Einstein.
Pengelompokan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam 3 periode :
- Animisme : percaya pada mitos
- Ilmu Empiris : pengalaman, klasifikasi, penemuan hubungan-hubungan, perkiraan kebenaran.
- Ilmu Teoretis ; gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan kerangka pemikiran.
Dibangun dengan :
- Abstraksi Generalisasi
- Deduksi Probabilistik dan Deduksi Apriori.
3 Model Konstruksi Teori :
- Model Korespondensi ; kebenaran sesuatu dibuktikam dengan menemukan relevansinya dengan yang lain.
- Model Koherensi : sesuatu dipandang benar bila sesuai dengan moral tertentu.
- Model Paradigmatis : konsep kebenaran ditata menurut pola hubungan yang beragam, menyederhanakan yang kompleks.A
Aliran dalam Konstruksi Teori :
- Reduksionisme : teori itu suatu pernyataan yang abstrak, tidak dapat diamati secara empiris, dan tidak dapat di uji langsung.
- Instrumentalisme : teori adalah instrumen bagi pernyataan observasi agar terarah dan terkonstruksi.
- Realisme : teori dianggap benar bila real, secara substansif ada, bukan fiktif.
LOGIKA
Logika menurut bahasa Yunani, yaitu Logikos yang berarti sesuatu yang di ungkapkan atau diutarakan lewat bahasa.
Pertama kali digunakan istilah itu oleh Zeno dari Citium.
Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, dan membahas asas-asas atau aturan formal serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan untuk mencapai kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional.
Obyek Logika
- Obyek material : manusia itu sendiri
- Obyek Formal : kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang tepat yang tampak melalui ungkapan pikiran melalui bahasa.
Manfaat Belajar Logika :
- Membantu setiap orang untuk mampu berpikir kritis, rasional, metodis.
- Kemampuan meningkatkan kemampuan bernalar secara abstrak.
- Mampu berdiri lebih tajam dan mandiri.
- Menambah kecerdasan berpikir, sehingga bisa menghindari kesesatan, dan kekeliruan dalam menarik kesimpulan.
Sejarah Logika
Sebagai istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno dengan aliran stoisismenya, tapi filsuf pertama yang menggunakan logika sebagai ilmu adalah Aristoteles. Istilah yang digunakan adalah Analitika, tapi dialah yang pertama kali meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar. Prinsip logika tradisional yang dikembangkan Aristoteles tetap menjadi prinsip-prinsip logika modern.
Macam-macam Logika :
- Logika Kodrati : Suatu suasana saat akal budi bekerja menurut hukum logika secara spontan.
- Logika Ilmiah : Mempertajam akal budi manusia agar dapat bekerja lebih teliti atau tepat, sehingga kesehatan dapat dihindari.
Logika Formal
- Logika yang berbicara tentang kebenaran bentuk.
- Disebut juga logika minor.
- Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran bentuk, bila konklusinya kita tarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya dengan mengabaikan isi yang terkandung dalam argumentasi tersebut.
Logika Material
- Logika yang membahas tentang kebenaran isi.
- Disebut juga logika mayor.
- Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran isi apabila pernyataan-pernyataan yang membentuk argumen tersebut sesuai dengan kenyataan.
CRIRICAL THINKING
Adapun menurut beberapa para tokoh yang memberikan pengertian tentang Berpikir Kritis, di antaranya :
- Chaffe, 1990 --> merasionalisasi kehidupan manusia dan secara hati-hati mengamati atau memeriksa proses berpikir sebagai dasar untuk mengklarifikasi dan memperbaiki pemahaman kita tentang sesuatu.
- Strader, 1992 --> Pemeriksaan atas sesuatu asumsi tentang bukti terbaru dan menginterpretasikan dan mengevaluasi argumen dalam rangka menegakkan kesimpulan atas suatu perspektif baru.
Karakteristik Berpikir Kritis :
- Rasional, Reasonable, Reflektif.
- Melibatkan skepticism yang sehat dan konstruktif.
- Otonomi.
- Kreatif.
- Adil.
- Dapat dipercaya dan dilakukan.
5 Model Berpikir Kritis
T : Total Recall (pengambilan kembali)
H : Habits (kebiasaan)
I : Inquiry (pencarian informasi)
N : New ideas and Creativity (ide-ide baru dan kreativitas)
K : Knowing how you think (mengethaui apa yang anda pikirkan)
LOGIKA DEDUKSI dan INDUKSI
Deduksi
Beberapa point dalam Deduksi
- Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa penalaran dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung.
- Penalaran tidak langsung mencakup penalaran deduktif dan induktif.
- Penalaran deduktif ini selalu di ungkapkan dalam bentuk silogisme.
- Silogisme adalah suatu bentuk argumentasi yang bertitik tolak pada premis-premis dan dari premis-premis itu ditarik suatu kesimpulan.
- Argumentasi-argumentasi deduktif dinilai lebih berdasarkan atas sahih atau tidak sahih.
Ciri-ciri Silogisme :
- Semua pernyataanya adalah proposisi kategoris.
- Terdiri dari dua premis dan sebuah kesimpulan.
- Dua premis dan satu kesimpulan secara bersama-sama memuat tiga kata yang berbeda dan masing-masing kata tampak didalam dua dari tiga proposisi.
Induksi
Penalaran Induksi adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu utuk menarik kesimpulan yang umum tertentu.
Ciri Penalaran Induksi :
- Premis-premis dalam penalaran induksi merupakan Proposisi Empiris yang berhubungan langsung dengan observasi indera.
- Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas dari pada apa yang dinyatakan di dalam premis-premisnya.
- Kesimpulan induksi itu memiliki Kredibilitas Rasional yang disebut Probabilitas.
Generalisasi Induktif
Generalisasi Induktif merupakan proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala atau sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua. Dapat dikatakan juga sebagai bentuk penalaran yang bertitik tolak dati hal-hal yang bersifat khusus atau premis ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Beberapa Syarat Generalisasi Yang Harus Diperhatikan :
- Generalisasi tidak terbatas secara numerik
- Generalisasi tidak terbatas secara 'spasiotemporal'
- Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.
Analogi Induktif
Analogi itu adalah berbicara mengenai dua hal yang berlainan dan dua hal yang berlainan tersebut dibandingkan.
Analogi Induktif tidak bersifat universal melainkan khusus, walau benar bahwa tidak mungkin kesimpulan yang khusus dalam analogi itu terjadi kalau tidak berpikir bahwa hal itu terjadi di dalam keseluruhan.
Faktor Probabilitas
Probabilitas adalah keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.
Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Kesesatan Dalam Penalaran Induktif, yaitu :
- Faktor tergesa-gesa
- Faktor ceroboh
- Faktor prasangka
Hubungan Sebab Akibat
- Seringkali dikaitkan bahwa keadaan yang terjadi disebabkan oleh keadaan atau kejadian lainnya. Kejadian yang lainnya disebut sebab dan yang terjadi sebagai akibat.
- Hubungan sebab akibat antara peristiwa-peristiwa dapat terjadi dalam tiga pola, yaitu :
- Pola dari sebab ke akibat
- Pola dari akibat ke sebab
- Pola dari akibat ke akibat
LOGIKA INDUKTIF DAN DEDUKTIF
Logika induktif adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu.
Cara Penalaran Induktif
- Premis penal induktif : proposisi empiris yang ditangkap indera.
- Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas dari pada apa yang dinyatakan dalam premis.
- Meski kesimpulan tak mengikat, tapi manusia menerimanya.
Generalisasi Induktif
Proses penalaran berdasrkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua.
3 Syarat Membuat Generalisasi
- Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu.
- Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja.
- Dapat dijadikan dasar pengandaian.
Analogi Induktif : proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain yang punya sifat esensial yang sama.
Jadi, analogi induktif menarik kesimpulan atas dasar persamaan.
Logika Deduktif merupakan suatu proses tertentu dalam proses itu akal bdi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus dari pengetahuan yang lebih umum.
Persamaan dalam penalaran induktif dengan deduktif :
"argumentasi keduanya terdiri dari premis-premis yang mendukung kesimpulan"
Perbedaan dalam penalaran induktif dengan deduktif :
"penalaran induksi yang tepat akan punya premis benar-benar tapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidak membuktikan kesimpulan benar. Premis hanya menetaokan kesimpulan berisi suatu kemungkinan"
Sumber ; PPT, google, dan modul kbk